Jumat, 11 November 2016

Menyapamu


Selamat pagi, cantik. Senyummu menggelayut merdu dalam desahan embun pagi.

Ah, aku selalu saja ingin mengucapkan selamat pagi padamu. Pertama kali. Ketika kau membuka mata setelah terlepas dari mimpi-mimpi yang meguasai tidurmu.

Selamat pagi.
Sebenarnya sudah kuucapkan kalimat itu berkali-kali, berpagi-pagi. Kepadamu. Melalui angin, melalui embun, melalui matahari, dan tulisan seperti ini.

Pernahkah kau sadari?
Berharap suatu saat akan kau dengar suaraku ini melalui embusan angin yang menepuk lembut pipimu, atau aroma tanah basah di pekarangan rumahmu.

Selamat pagi, cantik. Coba lihat ke luar jendela kamarmu. Cahaya itu, seperti lekungan manis di wajahmu.

Aku bukan pecundang atau pendiam yang tak berani langsung menyapamu. Hanya saja, matamu selalu menikamku lebih dulu. Semua kata yang sudah kususun rapi telah menguap begitu saja, seperti embun tertimpa matahari.

Matamu.
Tatap lembut yang berkeretap bagai cermin yang memantulkan warna langit. Kebiru-biruan. Biru langit waktu subuh. Mata yang di dalamnya aku mampu melihat segalanya. Kecuali AKU.

Adakah aku di matamu?


Sidoarjo, 10 November 2016
______________________________________________
Pict From: www.wisegeek.org