Sabtu, 21 Februari 2015

Analogi

"Saya menyukai sesuatu karena apa yang dia punya; bukan apa adanya."

Sebagian orang mungkin mengernyitkan dahi, bergumam, menghujat, bahkan memaki ketika mendengar pernyataan seperti itu.
Dan bukankah sebagian orang memang suka melakukan itu?
Berkata; "itu buruk!" - tanpa mau memahami apa maksudnya.
Berkata; "itu tidak baik!" - tanpa mau melihat apa tujuannya.

Ingat pepatah lama; Jangan menilai buku dari sampulnya.

Sebelum menjelaskan, saya tegaskan sekali lagi "Saya menyukai sesuatu karena apa yang dia punya; bukan apa adanya."

Seperti;
Saya suka kupu-kupu, karena sayap rapuhnya.
Sayap rapuh itu bagi saya ibarat "harga diri".
Ia akan terlihat indah dan cantik saat terbang bebas, saat ia bisa menjaga sayapnya.
Karena cantik adalah ia yang bisa menjaga dirinya.
Namun karena sayap itu rapuh, sekali saja ia tersentuh (oleh yang bukan semestinya) maka ia akan kehilangan kecantikannya.

Seperti juga;
Saya suka bunga mawar, karena durinya.
Duri itu adalah pelindung untuk kecantikannya.
Alangkah malangnya ia jika duri itu tidak ada, karena akan banyak yang tanpa ragu berebut ingin memiliki, lantas membuang setelahnya.
Namun jika duri itu ada, bisa saja kita akan tergores atau tertusuk saat hendak memetiknya.
Sampai saat kita benar-benar telah siap dan yakin untuk menggenggamnya, melindunginya, dan membiarkan ia tetap tumbuh dengan setiap tetes darah kita.

Kamis, 12 Februari 2015

Katanya, Tentang Yang Hilang

Katanya, sesuatu yang hilang itu mempunyai caranya sendiri untuk kembali.
Meskipun dengan cara-cara yang tidak pernah kita duga.
Nyatanya, banyak yang hilang dan tidak pernah kembali.
Menunggu?
Tunggu saja!!
Itu sih kata hati, coba dipikir lagi..

Dan katanya, jika memang merpati terbaik pasti akan pulang kembali.
Pertanyaannya, masih adakah tempat untuk merpati itu?
Lagi-lagi soal hati..

Jika kamu memang benar-benar yakin bahwa yang hilang akan kembali, masih adakah sisa untuk meyakini bahwa Tuhan telah menyiapkan pengganti?

Yang harus kau tahu, Tuhan tidak pernah mengambil sesuatu yang baik dari kita.
Kecuali untuk digantikan dengan yang lebih baik.
Dan itu adalah janji yang tak pernah diingkari.

Selasa, 03 Februari 2015

21

"Alhamdulillahi rabbil alamin".
Terima kasih masih Kau bangunkan aku.

Pagi ini aku memandang cermin lebih lama dari biasanya. Menyelidik sesosok bayangan yang ada di dalamnya, kemudian berkata padanya; "lihatlah, betapa dirimu terlihat semakin tua sekarang". Seketika bayangan itu mengamati dirinya, mengacak-acak rambutnya, menepuk-nepuk pipinya, kemudian mengangguk pelan seolah membenarkan perkataanku.

Ku biarkan ia merapikan dirinya sebelum aku mulai berkata lagi padanya;
"kau tahu berapa usiamu sekarang? 21 tahun. Dan apa yang sudah kau lakukan selama 20 tahun ini? Bagaimana kau memanfaatkan 2.700 hari yang telah Tuhan berikan padamu?"
"Tidak kah kau sadar, telah banyak kelalaian dalam perbuatanmu. Telah sering kau abaikan perintah Tuhan mu. Kau sakiti orang-orang yang menyayangi mu, keluarga mu, teman-teman mu, sahabat mu. Tidak kah kau sadar akan semua hal itu? Dan yang paling menyedihkan, bahkan kau sering tak peduli dengan dirimu. Dirimu sendiri!. Lihatlah rambutmu, tak bisakah kau merapikannya? Bagaimana mungkin orang yang selalu kau sebut namanya dalam doa akan sudi menerima mu?"
"Ku harap kau bisa merenunginya dan mulai memikirkan masa depan mu!"

Bayangan dalam cermin itu hanya diam dan mengangguk meng-Iya-kan setiap perkataanku, sebelum akhirnya ia lah yang membuatku terdiam lebih lama dengan berkata;

"Kau memang benar, tapi bukankah aku juga adalah dirimu?"