Minggu, 29 November 2015

Ikhlas Itu

Ikhlas itu..
Seperti bebatuan karang.
Tak pernah teriak, meskipun raganya habis terkikis ombak.

Ikhlas itu..
Seperti berjalan di atas pasir.
Suaranya tak terdengar, tetapi jejaknya jelas tergambar.

Ikhlas itu..
Seperti kabut pagi.
Menyentuh dengan lembut, meski akhirnya terbunuh oleh mentari.

Ikhlas itu..
Seperti embun di tepian daun.
Tetap setia dengan sejuknya, meskipun masa menghancurkan tubuhnya.

Ikhlas itu..
Seperti butiran air hujan.
Tak pernah tahu akan terjatuh di mana, tetapi setiap tetesnya menghidupi.

Ikhlas itu..
Seperti cahaya senja.
Setiap hari berusaha menyapa, meski tak jarang awan menghalau sinarnya.

Ikhlas itu..
Seperti kamu yang memilih bertahan.
Memperjuangkan impianmu, meskipun orang-orang perlahan mulai pergi meninggalkanmu.

Malang, 29 November 2015

Minggu, 08 November 2015

Cerpen: Surat Untuk Jingga

Kecantikan seseorang bisa terlihat meski hanya melalui tulisan.
Namanya Jingga, nama yang serupa nama warna. Aku bertemu dengannya beberapa tahun silam saat mengunjungi pameran dan pelelangan lukisan yang diadakan mahasiswa fakultas Seni dan Budaya. Pameran itu diadakan untuk menggalang dana yang ditujukan pada korban bencana alam yang waktu itu kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Jingga adalah seorang pelukis dan pengagum senja. Betapa tidak jika semua lukisannya adalah tentang senja.
“kenapa semua yang di sini adalah lukisan senja? Apa mungkin pelukisnya menyukai warna orange?” tanyaku pada seorang perempuan yang juga memandangi lukisan itu.
“Jingga. Warnanya jingga, bukan orange. Dan aku adalah pelukisnya.” Jawab perempuan itu. “Namaku Jingga” tambahnya, sambil menatapku.
Itulah pertama kali aku bertemu Jingga.
Jingga memperkenalkanku pada senja, bahwa senja selalu memesona, bahwa senja mempunyai rahasia-rahasia kecil di dalamnya. Dan terakhir, dia membuatku jatuh cinta pada senja.
Senja memang selalu bepergian, namun ia pasti akan kembali untuk menunaikan janjinya pada bumi. Sampai tiba suatu saat, waktunya Jingga yang harus pergi. Dan entah dia akan kembali atau tidak.
Hari ini kukirim surat untuknya.

Untuk Jingga,
Bagaimana kabarmu? Kuharap kau baik-baik saja dan akan selalu baik-baik saja. Akhir-akhir ini kau jarang menghubungiku, kemana saja kau pergi? Bahkan seluler-mu juga sulit dihubungi. Aku baru ingat kalau pernah menyimpan alamatmu, dan langsung saja kuputuskan untuk mengirimimu surat. Ya, kau boleh menertawaiku karena di zaman teknologi canggih dan internet seperti saat ini, aku malah mengirim surat lewat Pos. Tapi jangan salah, terkadang cara lama bisa lebih diandalkan ketimbang mengirimimu email yang belum tentu kau ada waktu untuk membuka komputermu. Bukankah kau memang seperti itu? Apalagi saat sudah asik dengan alat lukis dan senja yang menjadi kesukaanmu.
Ada yang ingin kuceritakan padamu. Sebenarnya ada seorang perempuan yang ingin kudatangi, seorang perempuan yang aku benar-benar ingin meminangnya untuk kujadikan pendamping hidupku. Tapi apakah dia akan senang? entahlah. Yang kutahu saat bersamanya, dia merasa terusik dengan kehadiranku, namun tetap saja kami berlama-lama bicara. Mungkin dia hanya sekedar menghargaiku perasaanku.
Aku tidak akan memberi tahumu siapa namanya, aku ingin kau berkenalan langsung dengannya, menjabat tangannya dan saling menyebutkan nama. Ya, nanti akan kuajak dia menemuimu. Itu pun jika aku mendapat kesempatan darinya.
Untuk saat ini tidak ada yang bisa kuceritakan tentangnya, tentang seberapa baiknya dia, tentang seberapa cantiknya dia. Jika kuberi tahu namanya dan kau cari di media sosial, kau hanya akan menemukan sebuah nama, tidak ada satupun foto dirinya yang terpajang di album, karena dia benar-benar orang yang pandai menjaga diri. Tapi jika kau baca tulisan-tulisanya, aku yakin kau akan tahu seberapa cantiknya dia.
Tadinya surat ini kutujukan untuk menyapamu, tapi malah aku membuatmu membaca ceritaku. Untuk memastikan kau tidak lupa denganku, balaslah surat ini meski hanya dengan sebuah kalimat yang mengandung makna “aku baik-baik saja”. Dan jika tidak keberatan, lampirkan selembar lukisan senja di tempatmu.

Tertanda,
Teman baikmu.



Kotabaru, 01 Agustus 2015